Kamis, 18 September 2014

konser sawung jabo dicoreng politisi

Konser Sawung Jabo Dicoreng Politisi
  http://sejarahiwanfals51.blogspot.com

Sawung Jabo bersama grupnya Sirkus Barock menghibur ratusan penonton dalam konser "Cerita Dari Jalanan" di Teater Terbuka Taman Budaya Jawa Barat, Bandung, Rabu (29/5). Karakter musik yang megah disertai lirik sederhana menjadi ciri khas grup musik yang terbentuk sejak tahun 1986 ini. [SP/Adi Marsiela] Sawung Jabo bersama grupnya Sirkus Barock menghibur ratusan penonton dalam konser "Cerita Dari Jalanan" di Teater Terbuka Taman Budaya Jawa Barat, Bandung, Rabu (29/5). Karakter musik yang megah disertai lirik sederhana menjadi ciri khas grup musik yang terbentuk sejak tahun 1986 ini. [SP/Adi Marsiela]
Aku mau wajar-wajar saja, aku mau apa adanya
Aku mau jujur-jujur saja, bicara apa adanya
Aku mau sederhana, mau baik-baik saja
Aku hanya tau, bahwa orang hidup agar jangan mengingkari hati nurani
Hio... hio... hio.. hio hio......

Begitu pesan Sawung Jabo bersama grup musiknya Sirkus Barock sesaat sebelum mengakhiri konser Cerita Dari Jalan di Teater Terbuka Taman Budaya Jawa Barat, Bandung, Rabu (29/5) malam.

Ratusan penonton larut dalam lirik dan hingar bingar lagu Hio yang dipopulerkan Iwan Fals dan Jabo lewat album Swami II tahun 1991 silam. Tidak sedikit yang ikut bernyanyi sembari menggoyang-goyangkan badan dan mengepalkan tangannya ke atas. Semua sepertinya sependapat dengan lirik lagu Hio tersebut.

Tapi pesan itu tampaknya tidak sampai ke telinga Aat Soeratin, salah seorang penyelenggara dari Komunitas Budaya Rumah Nusantara. Seusai penonton bertepuk tangan sebagai apresiasi buat Jabo dan musisi lainnya, Aat mendaulat Ridwan Kamil, arsitek yang banting setir sebagai calon wali kota Bandung periode 2013-2018.

Panggung yang tadinya milik para musisi seolah ternoda oleh satu dari delapan pasang calon wali kota dan wakil wali kota Bandung. Matdon, salah seorang penyair yang hadir di acara itu mengungkapkan kekesalannya. Dia berteriak-teriak saat Ridwan masuk ke tengah panggung. “Kampanye, kampanye, kampanye,” teriak Matdon.

Kekesalan itu pun seolah menyebar. Teriakan-teriakan serupa datang dari pemilik suara berbeda. Tidak banyak tapi cukup terdengar hingga ke depan panggung.

Ridwan Kamil tampak tidak jengah dengan kondisi itu. Dia tetap tersenyum di panggung. Mungkin itu jurus untuk menutupi rasa malunya.

Matdon pun menumpahkannya lewat pengumuman di Blackberry-nya. “Konser Jabo malam ini cacat, pasalnya di akhir acara tiba-tiba Aat Soeratin mencuri adegan dengan menghadirkan Ridwan Kamil dan memberi poster. Sementara Jabo sendiri tidak tahu akan terjadi ini,” tuturnya.

Nila setitik itu benar-benar merusak susu sebelanga. Apalagi konser Sirkus Barock memang tampil apik. Tata panggungnya sederhana, mengandalkan kertas koran yang ditempel di bagian belakang. Sebagian lagi kertas koran itu dibiarkan berserakan.
Pada sisi kiri dan kanan panggung tampak tong bekas yang di dalamnya ada kayu terbakar. Seperti latar perumahan kaum urban di sisi kota besar.

Jabo, masuk panggung dengan cara sederhana. Mengenakan baju lurik merah bergaris hitam, ikat kepala serta celana putih, dia tidak banyak bicara. Personel Sirkus Barock yang lain mengikutinya dari belakang. Bersama Aat dan Imam Suryantoko yang mengibarkan bendera Merah Putih, mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Selepas lagu kebangsaan, Sirkus Barock menampilkan kepiawaiannya lewat nomor Overture. Suguhan musik tanpa lirik ini menjelaskan secara singkat aliran musik Sirkus Barock yang progresif. Memadukan warna rock, klasik barat, dan musik tradisi nusantara.

Tengok saja instrumen yang mereka bawa ke panggung. Ada gitar, bas, kibor, drum, biola, cello, gondang --perkusi khas Batak-- , karinding, suling, sampai rebana pun mereka mainkan. Belum lagi kenong yang biasanya ada di perangkat gamelan.
Warna musik yang berbeda itu mereka padukan dengan lirik lagu sederhana tapi  sarat makna. Simak lirik lagu Kalau Batas Tak Lagi Jelas.

…Kalau batas tak lagi jelas/Mata hati harus awas/Berkaca pada langit
Hening, diam dan bergerak…

Pergumulan Jabo soal kondisi sosial juga terekam jelas di lagu Bicaralah dengan Cinta.

…Marilah kita belajar/Menghargai perbedaan/Jangan memaksakan kehendak/Jangan pakai kekerasan/Dunia ini milik bersama/Hidup milik semua/Mari kita saling menjaga/Hayati hidup bersama…  


Silaturahmi
Tidak salah memang kalau pemilik nama asli Mochamad Johansyah ini meminta penonton mengikuti konsernya dari awal. Buat Jabo, musik merupakan ajang silaturahmi dan dialog. Apalagi dia sekarang tinggal di Australia.
Jabo merekam pesannya dari berbagai persoalan di sekelilingnya. Niatnya satu, membangunkan kesadaran kolektif kalau kebaikan itu masih ada dan perlu dipelihara.

“Senang rasanya bisa bersenyawa lagi dengan Bandung. Semoga bisa tetap begini,” ungkap Jabo merunut pada kehangatan penonton di tempat yang dingin itu.

Penampilan Sirkus Barock memang pantas diapresiasi. Setidaknya 20 nomor lagu mereka tampilkan.

Meski sudah mengalami beberapa kali pergantian personel, mereka tetap memperlihatkan kelasnya. Kali ini mereka didukung Joel Tempeng pada gitar, Bagus Mazasupa pada kibor, Endi BaroQue pada drum, Sinung pada bas, Ucok Hutabarat pada vokal, Denny Dumbo pada perkusi dan instrumen tiup, Verry Pramu Setiyono untuk urusan perkusi, Giana Sudaryono sebagai vokal latar, dan Toto Tewel pada gitar, tandem Jabo sejak
tahun 1998 silam.

Konser ini jadi semarak dengan kehadiran Santet Strings Kwartet yang memainkan alat musik gesek. Pada biola ada Ellena Bias dan Adi Restiadi, sementara pada biola alto ada Fu, sedangkan cello dimainkan Hasnan yang berambut gondrong. Belum lagi Jabo yang menggandeng pesinden Peni Candra Rini dan penyanyi Oppie Andaresta pada nomor
Pengelana Merdeka dan Bicaralah dengan Cinta. Selepas bernyanyi, Oppie memainkan harmonika dan jimbe.

Sayang semuanya berakhir anti klimaks. Hanya gara-gara seorang calon wali kota. Semoga saja konsernya di Graha Bakti Taman Ismail Marzuki, Jumat, tanggal 31 Mei 2013 mendatang berakhir dengan indah.

1 komentar: