Rabu, 08 Oktober 2014

IWAN FALS TERNYATA JUGA PUNYA RASA TAKUT

                                      IWAN FALS TERNYATA JUGA PUNYA RASA TAKUT











    Ternyata iwan fals punya rasa takut juga. Tentu bukan lawan aparat. teapi justru ngeri terhadap GALANG RAMBUANARKI, anak pertamanya, kini telah almarhum.
    ceritanya begini, selama sebulan galang minggat bersama rekan-rekanya membawa mobil. kontan iwan fals kelabakan. tapi, syukurlah, akhirnya galang pulang juga.
     cuma, hasilnya, justru membikin iwan kaget. galang menato lehernya dengan gambar kawat berduri melingkar seperti kalung. iwan pun, keok. "ya mau diapain lagi yang penting udah pulang kerumah," kata iwan, akhirnya mengalah. begitulah rasanya jadi orang tua, wan, gampang-gampang susah..


#original_posting
    http://sejarahiwanfals51.blogspot.com.

Kamis, 25 September 2014

Iwan tak ingin konsernya diidentikan kerusuhan

  Setiap pergelaran iwan fals memang sering diidentikan dengan kerusuhan, demikian juga dengan pemberitaan di media massa. karena itu selesai mengadakan konser pada akhir november  27-11-2001 lalu di gelora senayan dia meluruskan masalah kekacauan yang terjadi pada konsernya pada saat itu.
   "saya perlu meluruskan bahwa keributan yang terjadi pada konsernya kemarin hanya masalah kecil. tapi yang namanya kerusuhan tetap tidak saya kehendaki," tutur iwan pada jumpa pers di news cafe pada akhir bulan november 2001.
   bahkan iwan memandang konsernya seperti sepak bola saja, buka prestasinya yang ditulis besar-besar malah 'berantemnya'. mungkin jika konser itu di gagalkan, dikawatirkan akan terjadi kerusuhan yang lebih besar lagi. pasalnya, calon penonton yang sudah membeli karcis pasti sudah datang ke lokasi.
   "bagaimana jadinya kalau saya tiba-tiba tidak mau manggung. saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi," ujar iwan.
    padahal, sambung dia, seharusnya pertunjukan itu tidak rusuh jika persiapan dilakukan panitia lebih baik lagi. sayangnya saat itu kondisi pada saat itu hujan dan [anggung seadanya, penonton ingin lebih dekat. kemudian yang terjadi ada pencurian sehingga timbul kesalah pahamanantara penonton.
    dengan alasan takut kerusuhan itu pula, akhirnya konseriwan di bandung dan purwokerto izinya di kaji kembali oleh pihak keamanansehingga dinyatakan batal.
    "Saya tidak mau menyalahkan siapa-siapa. tapi yang pasti akibat berita rusuh ini, untuk tampil di dua kota lainya batal".
     padahal, kata rosana istrinya yang juga bertindak sebagai manajer, dua konser tersebut sudah mendapat izin. tapi dia berjanji untuk membuat sebuah konser yang lebih baik lagi, dari segi pementasan, panggung, maupun penontonya.
     buktinya, pada konser peduli lalu yang sebenarnya untuk diberikan kemasyarakat aceh, hanya mendapat Rp.9,7 juta, karena banyak tiket dipalsukan.
     "saya tidak ingin konser iwan diidentikan dengan kerusuhan lagi dan mau membuat pertunjukan balas dendam denganb penonton yang nyaman," tandas iwan yang saat itu didaulat untuk membawakan beberapa lagu unggulanya.

                                               ORIGINAL POSTING KORAN 14-11-2001
                                                               http://sejarahiwanfals51.blogspot.com.
 





 
                                                   
  

Anak kolong yang besar di jalanan

 Nama virgiawan listanto bisa jadi kalah bersaing dengan iwan fals. meski terkesan seenaknya, justru nam tadilah yang lebih melekat pada pria kelahiran jakarta 3 september 1961. soal seenaknya, memberontak dan anti kemapanan juga tersirat dari lagu-lagu iwan yang sarat kritik, tak heran jika dia di juluki sebagai bob dylan-nya indonesia. tapi, tentu saja, iwan menolak, menurutnya, iwan adalah iwan dan bob dylan adalah bob dylan (penyanyi belanda AS ysng gemar melontarkan kritikan lewat lagu-lagunya.)

  Sebagai anak muda jamannya, iwan dikenal bengal dan berglora. gelora muda jualah yang membuatnya meninggalkan bangku kuliah di sekolah tinggi publistik (stp) dan institut kesenian jakarta (ikj). toh, rejeki orang memang tak kemana. iwan justru lulus dari kehidupan jalanan. anak kelima dari sembilan bersaudara kolonel harsoyo ini tampil sebagai pemusik yang monumental. tak hanya itu, dirinya juga dijadikan model dan contoh sukses di kalangan penyanyi jalanan. sukses dari suami rosana listanto dan ayah dari galang rambu basae ini memang tak kepalang, awalnya, pada tahun 1979, iwan sempat membuat lagu rekamanbersama kelompok amburadul. dua tahun kemudian, dia meluncurkan album oemar bakri dan meledak dipasaran. selama berkarier, pemusik yang pernah bergabung dalam swami dan kantata ini telah meluncurkan 15 album (pada waktu itu). soal konser, sudah tak terhitung. begitupun dengan fans-nya yang jika di kumpulkan bisa menjadi massa partai politik.


IWAN FALS TAK ENAK-ENAKAN JIKA ADA YANG TERTINDAS..

                                             IWAN FALS TAK ENAK-ENAKAN
                                                JIKA ADA YANG TERTINDAS


    "dijalan kami sandarkan cita-cita sebab di rumah sudah tak ada lagi yang bisa di percaya.. orang tua pandanglah kami sebagai manusia  kami bertanya, tolong kau jawab dengan cinta"

 BONGKAR. AJAR. GUSAR.  lagu bongkar swami hanya sejumput, dari teriakan iwan. yang menusuk, lewat visualisasi bengkel teater. sosoknya yang kukuh, larut merasakan kemiskinan, ketidak adilan, kesewenangan. ini disadari, manusia dititahkan sama. "aku sama seperti mereka,manusia. jika mereka susah bagaimana aku bisa enak-enakan? aku sadar aku hanyalah seorang penyanyi di negeri ini?tapi aku tak peduli. aku hanya berusaha. itu saja.selebihnya sama. aku juga butuh makan, aku juga punya keluarga. yang jelas, aku juga punya kelemahan, seperti mereka.".
  dia menengadah, mengangkat teriakan wong cilik, yang selalu tersisih, yang hanya bermampu berkata "ya" tanpa ekspresi. walaupun sebenarnya dia sadar, tidak banyak makna yang dihasilkan. "tapi tak peduli, bagaimana persepsi mereka. kalau misalnya aku bisa ketemu mereka, aku akan bicara, bahwa itu salah. jika tidak ketemu, akupun percaya suatu ketika nanti pasti akan ada perubahan. akan ada penyelesaian."
   potrer kegusuran orang muda, yang belajar dari kekalahan. yang tak mau melibatkan orang lain, yang selalu sendiri, walau harus dikunci. "biarlah melihat aku sebagai iwan. aku tak mau melibat mereka (keluarga). mereka punya dunia sendiri, seperti aku."
 
lirik lagu:
                                            katakan kita rasakan


                                            silahkan senyum
                                            silahkan tawa
                                            ketika tangis terdengar
                                            cakar telinga kita


                                            hangatnya surya
                                            di darah ini
                                            relakan untuk mereka (dunia)
                                            agar air mata pergi


                                          *satukan kata dan rasa
                                            bersama singkirkan derita
                                            disekejap hidup ini


                                            katakan cinta
                                            katakan duka
                                            katakan pasti kita rasakan
                                            segala penderitaan


 ciptaan: iwan fals/ian antono  

http://sejarahiwanfals51.blogspot.com
ORIGINAL POSTING

Rabu, 24 September 2014

DIA BISA MEMBAKAR EMOSI






                                                     http://sejarahiwanfals51.blogspot.com

   KENAPA konser iwan fals selalu ditandai keributan massa??? jawabanya tidak sesederhana yang di bayangkan. bisa jadi emosi mereka terpancing oleh lagu-lagu iwan yang lebih membicarakan ketidakadilan. bisa juga emosi mereka tergugah di sebabkan kharisma iwan fals sendiri bagaikan kecaman seorang politikus. pakar politik mantan dosen UNIVERSITAS SATYA WACANA SALATIGA, arief budiman menyadari betul bahwa iwan selalu berhasil membakar emosi pecintanya. "saya tak heran ketika mendengar terjadinya kerusuhan di bandung, saya melihat kerusuhan itu sebagai fenomena iwan yang terus hangat sepanjang tahun".

  alasan aoa yang memperkuat dugaan anda bahwa kerusuhan tersebut sebagai fenomena?
"yang pasti iwan fals itu BELUM ADA DUANYA. yang di maksud dengan konsistensi iwan dalam menyanyikan lirik-lirik yang benada protes tak pernah pupus. dengan gayanya itulah barangkali para pecinta iwan ikut terbakar emosinya. mereka histeris. seolah mereka adalah bagian dari lirik lagu yang disajikan iwan.
     tapi ada anggapan kerusuhan di bandung tak ada hubunganya dengan konser iwan fals?
    saya tidak setuju dengan anggapan itu. mungkin anggapan ini sebagai pembelaan bagi pihak panitia mengingat keributan itu sendiri terjadi di luar arena pertunjukan. tetapi tetap kerusuhan itu masih berkaitan dengan pelaksanaan konser. soal motif yang sebenarnya, hanya petugas kepolisian yang tahu. saya tak berhak bicara lebih lanjut.
     seperti kita tahu lagu-lagu iwan bernada protes. mungkin hal ini dapat mempengaruhi tatanan politik dan keamanan negeri ini?
   secara keseluruhan agaknya sulit. ibaratnya iwan itu hanya melemparkan sindiran. yang terkena sindiran tenang-tenang saja karena mentalnya sudah terbentuk sebagai manusia aroganisme. jangankan baru taraf sindiran  yang sudah ketahuan korupsi saja masih berusahan menutup-nutupi. seorang iwan fals tak perlu di curigai, kalaupun ada kerusuhan seperti yang terjadi dibandung saya kira lebih banyak ketidak waspadaan petugas keamanan. yang mana ribuan masa berkumpul dilapangan dan emosinya di bakar lewat lagu-lagu bernada protes, sudah pasti akan timbul intrik.
   bagaimana anda bisa menilainya?
  sudah jelasko, pecintanya. kebanyakan usia potensi mereka aset zaman yang setiap waktu memiliki inovasi.


http://sejarahiwanfals51.blogspot.com
POSTING ORIGINAL
     

IWAN FALS SAAT STRES, KALAU PERLU MENANGIS

                                                       http://sejarahiwanfals51.blogspot.com
                                                              ORIGINAL POSTING

                                                        IWAN FALS (35)
                                               Saat Strees, Kalau Perlu Menangis

   (tahun 1989 adalah puncak kejayaan iwan fals. lagu-lagu ciptaanya yang terangkum dalam album swami - antara lain bento - meledak luar biasa. ribuan orang menyatakan diri sebagai pengagum, bukan cuma penggemarnya. sampai ada mahasiswa fakultas psikologi UI  yang dalam skrisinya meneliti fenomena yang di ciptakan iwan fals itu).


   ketika  saya mencapai keberhasilan pribadi saya secara mencolok, jelas ada tekanan psikologis yang saya rasakan. kaget dan bingung rasanya mengetahui begitu banyak orang mengelu-elukan saya. bahkan sampai sekarangpun saya belum selesai kaget. kalau soal senang dan bahagia, itu sejelas. tapi tentunya saya tidak boleh larut. kalau tidak bisa menahan diri, rasa senang dan berlebihan tentu akan berbalik menjadi bencana. maka saya tetapkan untuk konsentrasi agar dapat terus bekarya. ini tidak gampang. hidup terlalu terbuka bagi orang lain, dapat memancing emosi, akhirnya saya malah tidak lagi bisa bersikap spontan.

    dulu waktu belum setenar sekarang, saya senang sekali kalau nama saya disebut di surat kabar, majalah, atau tabloit. apa lagi kalau foto saya di pasang. saya langsung memamerkan kepada teman dan saudara saya. lama-lama bahkan terasa seperti  candu yang membuat saya ketagihan. tapi saya lalu sadar, saya bisa kehilangan jati diri.

     ada lagi strees lain yang saya hadapi, sewaktu ayah saya meninggal belum lama ini. saya tahu kematian itu kenyataan  yang tidak bisa di ingkari manusia. tapi tetap saja saya sakit dan bingung menghadapinya, kalau sudah tidak tahan, saya tidak malu untuk menangis.

IWAN FALS, YANG SUKA FALS





                                                   www.sejarahiwanfals51.blogspot.com
                                           IWAN FALS, YANG SUKA FALS

    PENYANYI yang satu ini, dinilai orang yang merasa  berkuasa selalu bertingkah dan "fals"..
di pekan baru, ketika ia tampil di depan publik setempat, terpaksa di amankan petugas, pasalnya terlalu berani mengkritik, dengan ciri fals-nya. tapi tochk, iwan virgiawan yang lebih pop di panggil iwan fals, tak pernah mau menyerah, begitu saja. konon ia semakin berani berdendang lewat suaranya. semenjak ia muncul lewat lagu: oemar bakri, si guru sd yang melarat itu, memang namanya cepat melonjak, kendatipun  banyak yang mencoba menguntit tapi tak ada yang pernah berhasil. terbukti lagu-lagu rekaman iwan fals seperti: sumbang, sugali, aku cinta kamu dan mbok sartiem yang lagi beredar sekarang ini, laku bagai kacang goreng.

      menyimak keseluruhan album rekaman iwan fals, hampir rata-rata, menyorot realitas, sosial. sebagai sumber informasi dari rakyat jelata himgga kaum intelektual muda, semisal paket album: tapi sarjana. dan kebiasaan ngamen masih terus jalan, walau sudah kaya begitu???


http://sejarahiwanfals51.blogspot.com
orginal posting tahun 1986.

Jumat, 19 September 2014

Sejarah Lahirnya Kantata Takwa

Sejarah Lahirnya Kantata Takwa

Kantata Takwa, nama kelompok musik legendaris beranggotakan para musisi-seniman berkualitas tinggi yang dimiliki Indonesia. Banyak dari kita cuma mengenal lagu-lagunya saja dan cukup puas melihat konser atau rekamannya, jarang kisah awal mula berdirinya kelompok musik ini diketahui.

Maka dari itu kami angkat kembali tulisan lama dari Yockie Suryo Prayogo mengenai Sejarah Lahirnya Kantata Takwa. Artikel ini tampil utuh di iwanfalsmania.com dengan seijin langsung dari penulisnya. Mungkin sudah ada yang pernah membacanya, namun kami yakin ada pula yang belum tahu. Semoga bisa menambah wawasan kita dan menjadi dokumentasi berharga musik Indonesia. (*)
 
 -----------------------------------------------------------------------------
Sejarah Lahirnya KANTATA TAKWA  -----------------------------------------------------------------------------
Sejarah lahirnya Kantata Takwa (Bagian 1)

Kantata Takwa, begitu panjang kisahnya yang bisa saya tulis mengenai kelompok musik tersebut. Karena itu pula saya terpaksa harus membagi-bagi tulisan Kantata dengan versi 1- 2 -3 dan selanjutnya nanti. Pada bagian ini saya hanya akan mengungkapkan kisah perkenalan saya dengan mas Djody hingga terbentuknya kesepakatan kelompok kerja kesenian tersebut, yang akhirnya disebut Kantata Takwa.

Pada tahun 1989, saat itu saya sedang gencar melakukan promo tour bersama kelompok Godbless bagi album kami yang bertajuk ”Semut Hitam”. Saat itu saya masih tinggal di sebuah rumah (kontrakan) di daerah Kebon Jeruk, tepatnya di jalan Anggrek no.52 Kelapa Dua Kebon Jeruk – Jakarta Barat.

Disela-sela kegiatan tour, saat sedang istirahat (jadwal kosong) kami semua selalu pulang kembali ke Jakarta. Suatu hari saya ditelpon oleh Jelly Tobing (drummer) mengajak saya untuk menemani dia berhura-hura (jam-session’an) main musik dirumah seorang kenalannya. Tidak ada target atau tujuan jangka panjang tertentu selain hanya untuk ”bersuka-cita”, bermusik sekedar hepi-hepian mengisi waktu yang luang saja. Temannya tersebut adalah penghobbi musik yang punya fasilitas latihan/nge-band dirumahnya. Lazimnya orang tajir-lah …intinya .. :) .

Saya sendiri setelah diberitahu oleh Jelly Tobing, bahwa orang tajir tersebut namanya Setiawan Djody rasanya sudah tidak asing terdengar dikuping saya. Siapa sih yang nggak kenal dia saat itu…, maksudnya dilingkungan teman-teman lama saya (di tahun 1970’an) yang saat itu banyak berkecimpung di ranah bisnis “puncak gunung”, nama Setiawan Djody adalah jaminan kertas bernilai yang nggak ber-seri istilahnya hehehe.. (sumpah ngga ngaruh.., saya nggak matre’..!).

Kebetulan juga tempat tinggalnya diwilayah Kemanggisan Raya – Kebon Jeruk, yang notabene tidak berapa jauh dari rumah kontrakkan saya sendiri (10 kilometer-an lah kira-kira jaraknya). Maka disuatu hari Minggu, melalui telpon setelah janjian sama Jelly Tobing saya bersedia dateng ke alamat tersebut… ber “jreng-jreng” ria.

Singkat kata kemudian saya menelusuri jalan Kemanggisan raya yang “krodit” penuh dengan oplet dan pedagang kaki lima dikanan kirinya. Saya mencari-cari nomer rumah yang diberikan pada saya……..fuih..! nggak keliatan jek! Abis kiri kanannya penuh toko-toko bangunan serta deretan warung dan kios-kios lainnya.

Barulah akhirnya saya lihat ada sebongkah pintu gerbang besar berwarna ijo, nyelip diantara warung gudeg dan bakul-bakul rokok pinggiran jalan lainnya. Hm…ini mungkin pikir saya. Lalu sesuai dengan ”petunjuk Jelly Tobing”, bahwa: ”Klakson aja” kalau sudah ketemu gerbang ijo tersebut. Maka saya klaksonlah pintu gerbang ijo tersebut dua kali saja, ”tin…tiiin” gitu bunyi BMW 520 (yang juga masih belom lunas kreditan-nya) hehehe.

Sekejap pintu besar tersebut dibukakan oleh dua orang bertubuh tegap berambut klimis berwajah sangar ..hihihi. Mereka yang kemudian saya kenal akrab bernama pak Parno dan lainnya huehehe. Begitu hidung mobil masuk pintu pagar, terbentang ruang parkiran luas yang kira-kira mampu menampung 12 mobil banyaknya. Masih dari dalam mobil saya melihat dua ekor patung macan Afrika (item dan guwedhe) yang terbuat dari batu semen, sepertinya emang bertugas untuk menyambut kedatangan tamu yang hadir disana. Ck..ck..ck..kagumnya saya… (ndesit tenan..!).

Ruang parkiran tadi adalah bagian terpisah yang dibatasi dengan tembok tinggi untuk memasuki ruang bangunan rumah yang sebenarnya. Maka setelah melewati tembok pintu besar (melewati macan-macan tadi) …semakin takjub saya dibuatnya…. Rasanya tidak sedang berada seperti di Jakarta, namun lebih mirip saya sebut seperti sedang di daerah Bali (mis: Ubud/Gianyar, dsb). Sementara bangunan rumahnya sendiri bergaya klasik aristokrat Eropa yang rada-rada serem dan mencekam (paling nggak buat saya… kebayang sih.. gimana kalau malam..) apalagi disana sini banyak dibangun semacam ”pura” lengkap dengan sesajen2nya. Tetapi sekejap ke-takjub’an saya sirna oleh suara bising ”gedebak.. degebug… nguinngg nguuueinng.. suara gitar bertalu-talu ..hehehe..” (koq gitar bertalu-talu sik?..salah yaakk…biarin deh..).

Tampak Jelly Tobing (biasa…super heboh..) dengan beberapa rekan musisi yang sudah saya kenal seperti Ferry Asmadibrata (musisi terkenal asal Bandung) dan juga ada seorang promotor kawakan… Sofyan Ali namanya ..wah ..seru…(Bla..bla..ba..). Lalu saya dikenalkan ke Setiawan Djody oleh Jely Tobing dan sejenak kami terlibat pembicaraan “ngalor ngidul” sebelum akhirnya saya ikut-ikutan gunjrang-gunjreng nge-berisikin tetangga…: ”JUMP!” by Van Hallen…eh’..tak begitu lama kemudian nongol Renny Jayusman (rocker wanita yang selalu kalungan se-lemari banyaknya..) hehehe.. Datang langsung nyamperin microphone… ”ohh yeeeaahhh…Jumppp!!!” hayaaahh…

Kelompok/pergaulan awal tersebutlah yang kemudian melahirkan gagasan untuk membiayai rekaman bagi ”Mata Dewa” nya Iwan Fals dengan arranger-nya Ian Antono. Yang juga kemudian melahirkan pemikiran Sofyan Ali untuk mendirikan join perusahaan bersama Setiawan Djody yang bernama ”AIRO”. Semenjak saat itulah hubungan pergaulan saya dengan Setiawan Djody kian hari kian akrab, sebagai sesama orang yang mencintai dunia kesenian (khususnya di musik).

Barulah pada tahap-tahap berikutnya akan saya ceritakan proses bergabungnya teman-teman musisi yang lain seperti Iwan Fals / Sawung Jabo dan lainnya.


Sejarah lahirnya Kantata Takwa (Bagian 2)

Semenjak itu saya kerap kali ditelpon mas Djody untuk membicarakan berbagai hal tentang perkembangan musik di Indonesia. Saya katakan bahwa pada intinya musisi ’alternatif’ (non industri) di Indonesia ini membutuhkan "uluran tangan" dari berbagai pihak yang ”peduli”, yang bukan hanya mikirin rumus dagang saja tapi juga mikir tentang "berkesenian" dalam artian yang lebih luas lagi.

Saya melihat ada ”concern” dari dia untuk mau berdialog dengan saya panjang lebar tentang hal tersebut. Maka ketika suatu kali dia menceritakan gagasannya yang ingin bekerja sama dengan AIRO (saat itu perusahaan tersebut masih menjadi milik Sofyan Ali) secara spontan saya langsung mendukungnya.

Dan pada saat itu hubungan kerjasama antara Sofyan Ali dengan Iwan Fals memang sudah berjalan (lewat berbagai konser Iwan sendiri saat-saat itu). Maka ketika konser 100 kota yang akan dimulai di Sumatra (Palembang) tersebut dicekal, Sofyan Ali berkeinginan untuk mengajak Iwan masuk studio guna rekaman.

Rekaman Iwan Fals tersebut akhirnya berlangsung dibawah management AIRO yang bekerjasama dengan SD (Setiawan Djody). Dan seingat saya sebelum masuk ke studio, SD pernah pergi berdua dengan Iwan ke Bali, dimana mereka pada akhirnya berhasil menciptakan lagu ”Mata Dewa”. SD sendiri mengatakan bahwa Mata Dewa adalah ”Sunset” yang mereka lihat ketika mereka gitaran berdua di pantai Kuta.

Maka berikutnya, ketika Iwan Fals sedang sibuk merekam Mata Dewa, saya sendiri mulai sering mengawal SD untuk bermain musik, baik itu dirumahnya atau terkadang beberapa kali ikut konser bersama dipanggung-panggung musik di Ancol. Formasinya waktu itu antara lain Jelly Tobing dsb. Kami hanya memainkan repertoar-repertoar bule. Umumnya lagu-lagu dari Led Zepllin dan U2 ada satu atau dua sih lagunya Van Hallen. Maklum kelompok tersebut memang bukan band serius, tapi hanya sekedar ”gathering” atau kelompok gaul dan per-temanan saja.

Jujur saja, lama-lama saya merasa ”eman” atau sayang kalau melihat kemampuan ”finansial” yang dimiliki hanya untuk ”proyek” kesenangan pribadi saja. Maka secara bertahap perlahan tapi pasti, saya mulai ”meracuni” isi otak pikiran SD agar mau membantu kondisi musik rock yang saat itu emang sudah mulai ”terkapar” tak berdaya.

Hanya ada satu orang di Indonesia kala itu yang secara spesifik berkutat di bisnis musik rock kita, yaitu Log Zelebour yang kebetulan juga mengelola management Godbless. Namun keberadaan Log Z. lebih pada pendekatan bisnis pragmatis, sedangkan yang saya anggap diperlukan musisi rock Indonesia adalah figur sponsor yang berfungsi sebagai seorang ”maesenas”. (yang nggak berpikir harus untung melulu).

Album Mata Dewa
Maka berikutnya, ketika Iwan Fals merilis album Mata Dewa dengan konsep (terobosan) ”direct sale” di Parkir Timur Senayan, sekali lagi saya meyakinkan SD agar melihat peluang kesempatan yang bisa dilakukan demi perkembangan musik rock di tanah air. Konsep terobosan diatas yang saya maksud adalah: kaset Mata Dewa tidak dijual oleh Sofyan Ali (AIRO) melalui agen-agen yang sudah ada (resmi) namun langsung dipajang di mobil-mobil box saat konser di Parkir Timur Senayan. Konsep tersebut terbukti ampuh serta membuka mata banyak orang, bahwa dominasi "Glodog" bisa dipatahkan asalkan ada sebuah sistem distribusi yang direncanakan secara matang.

Beberapa bulan kemudian setelah kaset tersebut terbilang ”sukses”, maka Setiawan Djody mengundang kita semua (saya, Iwan Fals dan WS.Rendra serta Sawung Jabo) guna ngobrol membicarakan segala kemungkinan kesepakatan yang bisa dicapai. Perkenalan antara WS.Rendra (mas Willy) dengan SD sudah terjalin semenjak lama sebelum saya sendiri hadir disana. SD selama itu memang bertindak sebagai maesenas bagi kebutuhan “Bengkel Teater” Rendra, bahkan sudah sempat mengadakan pementasan di New York dan beberapa kota di luar negeri dan sebagainya. Sedangkan Sawung Jabo sendiri adalah salah satu anggota dari Bengkel Teater tersebut.

Singkat kata, kami hampir menemukan kesepakatan untuk saling bekerja-sama, namun harus melewati satu masalah lagi atau anggap saja satu persyaratan yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Yaitu, Iwan Fals bersama S.Jabo dan kawan-kawan yang lain ternyata sedang membuat lagu-lagu, dan sedang merencanakan untuk bisa direkam di studio dan sebagainya. Persyaratan tersebut meminta agar SD juga bersedia menangani masalah management recording bagi mereka. Agar saat nanti, bila kita bisa bekerja sama maka “master” dari produk rekaman tersebut tidak kemana-mana, alias dikelola oleh satu management saja.

SD menyetujui persyaratan tersebut dan bersedia bersama-sama Sofyan Ali untuk mengelola dibawah bendera/label AIRO. Disanalah awal mula gagasan besar tersebut beranjak. Saya pribadi sebenarnya juga tertarik untuk terlibat dalam rekaman yang akan mereka lakukan tersebut, namun saat itu saya lebih berfikir ”taktis” agar lebih berkonsentrasi ”mengawal” SD agar tidak berubah pikiran ..hehehe..., maklum ”roang tajir” kadang-kadang suse’ dipegang buntutnya. Saya sering menemani dia untuk workshop dirumahnya, sekaligus memberi masukan-masukan dan yang terpenting adalah melengkapi peralatan musik yang nanti dibutuhkan .

Singkat cerita, beberapa bulan kemudian rampunglah rekaman Iwan dan teman-teman tersebut (di GIN studio), lalu program jangka pendek berikutnya adalah ”launching” serta dilanjutkan dengan konser (promo).

Sayang, entah mengapa tiba-tiba saya mendapat berita bahwa Sofyan Ali mengundurkan diri dari kelompok kerja tersebut. Dan menyerahkan AIRO untuk dikelola sendiri oleh management SD yang saat itu bernama Multy Setdco. Saya sempat kecewa dengan hal tersebut.... sebab dimata saya belum ada orang Indonesia saat itu yang mampu mengelola bisnis pertunjukan musik dengan baik sekaliber Sofyan Ali.

Album Pertama SWAMI
Bertempat disebuah cafe di wilayah Kuningan tepatnya di Gedung milik Wisma Bakrie, maka launching album bertajuk SWAMI diluncurkan disana. Saya sendiri turut terlibat untuk ikut main secara live pada acara peluncuran album tersebut, padahal sewaktu proses rekamannya saya tidak terlibat. Kami (SWAMI) kemudian sempat pula konser di GOR Kridosono Jogjakarta sebelum pada akhirnya saya, Iwan, Jabo dan Rendra berkumpul lagi untuk melanjutkan pembicaraan guna merealisasikan ”kesepakatan awal” tentang kolaborasi bersama-sama. .

Hari-hari itu... adalah hari-hari dimana Bento dan Bongkar "menggelegar" bagaikan hendak memecah angkasa Indonesia.


Sejarah lahirnya Kantata Takwa (Bagian 3)

Sayang sekali saya tak ingat kapan persisnya pertemuan antar kami berlima terjadi, namun bisa dipastikan bahwa kami semua berkumpul ditempat kediaman SD di wilayah Kemanggisan Raya - Kebon Jeruk tersebut.

Satu hal yang cukup penting harus saya katakan disini, bahwa sebenarnya ada satu nama lagi yang saya usulkan diantara kami berlima yang sudah ada, saya usulkan untuk bergabung dalam kolaborasi tersebut. Yang bersangkutan sendiri secara prinsip bersedia serta sudah beberapa kali juga hadir disana untuk membahas dan membicarakan berbagai hal (dialog non teknis lainnya) sebagai persiapan untuk merumuskan konsep dan bentuk yang akan dirancang. Orang tersebut adalah salah satu sahabat saya sendiri, Harry Roesli (almarhum). Yang juga dijuluki sebagi Musisi mBeling dari kelompok DKSB.

Namun karena Harry Roesli seperti yang sudah kita ketahui bersama domisilinya berada di Bandung, maka hanya sesekali saja yang bersangkutan bisa hadir membicarakan berbagai hal, sedangkan kami berlima yang lainnya lebih sering dan intens untuk berkumpul . Maklum jarak antara Jakarta – Bandung saat itu harus ditempuh selama 4 jam’an lebih. Sebab belum ada jalan tol seperti sebagaimana kondisi saat ini.

Hari-hari berikutnya adalah disepakatinya kegiatan workshop secara rutin di Kebon Jeruk. Jelly Tobing beberapa kali turut hadir disana dan menemani kita untuk memainkan drum ketika datang. Komposisi orang-orang yang terlibat workshop di awal-awalnya adalah saya di keyboard, SD di gitar listrik, Iwan gitar akustik, Jabo di cuap-cuap, Jelly Tobing di drum, serta Edmond (seorang musisi ”lawas” asal kota Solo, yang dulu pernah tergabung bersama SD di Band Terencem pada tahun 70’an).

Figur yang terakhir ini adalah orang yang cukup ”unik” dimata kita semua. Selain gemar guyonan ”khas Jawa”, yang bersangkutan juga sering kita anggap sebagai ”guru spiritualnya” SD selama ini yang khusus untuk menemani SD main gitar sehari-hari sebelum kita semua ada dilingkaran pergaulan di Kebon Jeruk.. (hehehe).

Kegiatan tersebut dilakukan seminggu dua kali (kalau tidak salah) saya tidak ingat lagi tepatnya setiap hari apa kita berkumpul dan bermusik bersama. Yang pasti itu dilakukan disela-sela kegiatan konser promo bagi album Swami (Bento, Bongkar dll.).

Dalam suasana workshop diatas, secara tehnis kami semua sepakat untuk tidak mengacu kepada satu kredo-kredo tertentu, atau warna musik tertentu namun lebih kepada ”mengalir saja” seperti air. Bisa dibayangkan bagaimana suasana ”riuh” yang terdengar disana.

Riuh yang saya maksudkan adalah… gegap gempitanya suara drum yang menggebu dengan ditimpali oleh suara lengkingan gitar yang sangat dominan, serta teriakan-teriakan tanpa kalimat (sekedar na..na..na dsb) dari Iwan Fals dan Jabo. Ditambah lagi dengan tidak adanya ”jalur kord” yang sudah disepakati sebelumnya, alias 3 jurus plus. (nah…”plus” nya itu yang bisa 10 bisa 20 bisa 30… pokoke sak matek’e lah..) hehehe..

Saya sendiri menganggap suasana hiruk pikuk tersebut sangatlah dibutuhkan, agar saya bisa menangkap ”esensi” dari keinginan serta karakter ekspresi masing-masing personal yang ingin disampaikan. Walaupun harus saya akui seringkali saya terpaksa harus ”melindungi” kedua belah lobang dikuping saya dengan jari tangan… supaya dia nggak pecah atau paling tidak enggak jadi ”kendor” selaputnya ..hehehe. Terutama dari bunyi freqwensi yang dihasilkan dari perangkat Soldano nya SD, yang luar biasa tingginya serta keras suaranya.

Bayangkan saja, Soldano tersebut di-distribusikan ke 4 pasang Speaker Marshal 200 lewat 4 buah power tersendiri untuk memenuhi kebutuhan 4 stack speaker Marshall tadi. (seperti kita ketahui bahwa satu stack terdiri dari dua buah speaker). Artinya suara gitar SD disalurkan lewat 8 buah speaker dalam ruangan workshop yang hanya seluas sekitar 5 X 12 meteran. Sedangkan kami yang lainnya, apalagi saya… hanya bersandarkan pada satu buah amplifier ukuran kecil sekelas Fender Jazz Chorus untuk keybord, demikian juga yang lainnya.

Gubbraaakk.. Gedubrakkss… nguinggg.. nGGuuing… CiiaaTT.. wwwAAAAA..!!!, gitu deh’…kira-kira bunyinya dalam bentuk tulisan di huruf……hahaha..!

Sementara mas Willy saya lihat tampak sering hanya mampu bertahan sebentar didalam ruangan lalu berjalan kearah pintu untuk kemudian cukup melihat dan mendengar dari luar tempat latihan tersebut…sambil sesekali dahinya mengkerut… mungkin mencoba menangkap suasana yang cukup liar… lalu menuliskan sesuatu diatas kertas. Ya… saya baru sadar kemudian, rupanya mesin produksinya langsung terpicu dan langsung juga bekerja sebagai penulis naskah.

Hingga akhirnya saya putuskan didalam pertemuan berikutnya, bahwa program workshop selanjutnya haruslah dilakukan secara lebih sistemik. Tidak bisa lagi kita terus-terusan hanya mengeksplorasi suasana tanpa ada kemampuan dan keinginan untuk menangkap/merumuskan “esensi” dalam bentuk sebuah konsep agar lebih “real” dan konkrit. Saya mengusulkan agar latihan-latihan berikutnya cukup terdiri dari beberapa orang saja dari kami guna terciptanya lagu-lagu yang diinginkan.

Disepakati kemudian bahwa saya ditunjuk sebagai komandan untuk berhak memutuskan segala sesuatunya yang berkaitan dengan bunyi-bunyian musik. Rendra sebagai penulis teks dan lirik untuk melengkapi lagu. Sawung Jabo sebagai “tong sampah” yang berfungsi menampung berbagai “aspirasi” keinginan yang ingin disampaikan oleh semua pihak. Iwan Fals sebagai juru terompet yang mewakili suara semua pihak lewat suara nyanyian. Dan SD sebagai penyedia sarana dari berbagai hal teknis yang diperlukan.

Hari-hari berikutnya hanya saya, Iwan Fals, Sawung Jabo dengan ditemani oleh Robin (musisi warga Philipina) yang lebih bertugas merekam draft lagu-lagu kedalam computer lewat “cakewalk” nya. Kami bertigalah yang akhirnya bekerja secara detail untuk mengarang lagu secara kolaboratif bersama.

Demikianlah sejarah awal dari terbentuknya kelompok musik KANTATA TAKWA yang bisa saya rekam dalam tulisan. Semoga tulisan ini suatu saat bisa terus diperbaharui atau ditambahkan lagi berbagai kekurangannya atau bahkan dikoreksi bila diperlukan, agar bisa melengkapi kisah-kisah yang harus disimpan dalam ruang-ruang perpustakaan perjalanan musik di Indonesia pada umumnya.

Saya prihatin mengingat system per-dokumentasian kita yang sampai detik ini belum juga berfungsi sebagaimana seharusnya. Orang hanya diajarkan untuk melihat “hasil” dan menutup mata kepada “proses” serta dasar “filosofi” yang melatar belakanginya.

Selamat pagi Indonesia , hari sudah menjelang sore....


 -----------------------------------------------------------------------------
Kantata Takwa

-----------------------------------------------------------------------------

Kantata Takwa, adalah sebuah proses interaksi berbagai ego-ego besar yang dipayungi WS.Rendra sebagai penasehat spiritual dan penulis sajak/lirik, Setiawan Djody sebagai fasilitator untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan pembiayaan dan lainnya, Iwan Fals sebagai peniup trompet atau juru vocalnya, Sawung Jabo menyediakan dirinya dengan istilah “tong sampah” untuk menampung segala uneg-uneg bersama yang suatu saat harus ditampung dan didistribusikan secara demokratis, saya sebagai designer musik atau bahasa asingnya arranger.

Karena posisi masing-masing diatas sudah sangat jelas, maka bagi saya selaku arranger, garis batas ruang kerja saya juga tampak semakin jelas.

Proses kerja :
Dua minggu pertama, hanya saya, Sawung Jabo dan Iwan yang melakukan eksplorasi suara untuk membuat lagu. Kami bertiga ‘ngarang’ bersama di Kebon Jeruk (piano dan 2 buah akustik gitar). Saya mencatat semua kemungkinan-kemungkinan dan ambience yang muncul dari eksplorasi tersebut.

Setelah selesai 2 mingguan (kurang lebihnya), saya sendirian melakukan proses kerja awal Studio (saat itu Gin Std). Saya menterjemahkan ulang bahasa lagu yang telah kita hasilkan bertiga lewat piano, tentunya juga dengan pendekatan sebuah aransemen. (untuk menyelesaikan musik dasarnya saya dibantu: Donny F, Totok T, Eet S, Reidy Noor, Budi Haryono, Innsisri dan lain-lainnya).

Setelah musik dasar selesai, saya merekam “guide vocal” sebagai panduan nada bagi Iwan Fals dan Sawung Jabo. Selanjutnya mereka relatif harus mengikuti alur melody lagu yang saya contohkan.

Sebab sudah pasti mereka juga sudah lupa akan bentuk lagu yang masih mentah, seperti saat kita gonjrang-ganjreng latihan sebulan (atau lebih) yang lalu. Apalagi Iwan Fals, hari ini dia nyanyi seperti itu besok bisa jadi sudah lain lagi atau sudah jadi lagu yang baru lagi hehehe.. (berubah terus….sak mate’k ‘e.., demikian celoteh kata Sawung Jabo).

Jadi saya bertugas selaku arranger untuk membatasi segalanya, dan itu wewenang serta hak saya yang semua pihak dengan patuh mentaatinya.

Demikian juga dengan ‘fill in’ lead guitar, bahkan saya menentukan running note yang harus dilakukan, dan punya hak untuk membatasi wilayah-wilayah yang tak boleh dilanggar. Semua itu berjalan dengan sebuah kesepakatan yang sudah disetujui bersama secara demokratis.

Bahkan saya juga bisa minta pendapat WS Rendra untuk merubah sebahagian kata-kata dalam tulisan sajaknya, agar lebih kompetibel masuk dalam ruang-ruang musik dan lagu.

Tapi proses itu bukan tanpa konsekwensi, karena memang akhirnya banyak pihak yang tidak merasa puas menyalurkan keinginannya. Jelas, karena memang dibatasi dengan aturan-aturan Music Arranger.

Salah satu yang merasa tak puas adalah mas Djody, dia merasa terkekang dengan notasi yang saya buat, “itu bukan saya yang sesungguhnya” (*katanya*), yah mungkin juga sih. Anda bisa mendengarkan rekaman-rekaman beliau setelah itu, nah itulah mungkin yang beliau maksudkan, tentang keinginan serta karakternya. Dan memang saya harus menghormati karakter tiap-tiap individu. Bukan masalah selera, suka atau tidak.

Lalu, disepakatilah untuk rekaman berikutnya tidak ada lagi arranger seperti saya dulu menanganinya. Semua boleh jadi arranger, supaya semua puas… dan juga atas nama demokrasi ‘baru’ yang coba untuk kita jalani.

Nama-Nama Tokoh dalam Lirik Lagu Iwan Fals

Nama-Nama Tokoh dalam Lirik Lagu Iwan Fals

Lagu-lagu Iwan Fals baik karyanya sendiri maupun karya orang lain yang dinyanyikannya banyak menyebutkan nama beberapa tokoh. Tokoh-tokoh tersebut ada yang rekaan dan ada juga yang nyata. Ada yang serius diceritakan sebagai tokoh utama dan ada juga yang hanya numpang lewat hanya sekedar pelengkap.

Beberapa nama tokoh dalam lagu Iwan Fals yang merupakan sebuah imajinasi ternyata cukup dikenal hingga saat ini dan seakan-akan hidup dalam dunia nyata.

Berikut nama-nama yang disebutkan dalam lagu-lagu komersial Iwan Fals dari awal sampai terbaru yang sempat kami catat. Karena cukup panjang, maka kami tampilkan dalam 3 bagian. Adakah diantara tokoh-tokoh dibawah ini yang kalian kenal? (sb)

Tokoh Tokoh Dalam Lagu Iwan Fals (Bagian 1)

1. Hitler

Nama ini diucapkan dalam lagu Frustasi yang terdapat dalam album Canda Dalam Nada (1979). Dalam liriknya nama tokoh ini hanya sebagai pelengkap. Iwan Fals sedang berkhayal andai bisa menjadi orang besar seperti Adolf Hitler yang tenar.

Lagu Frustasi sendiri bercerita tentang kegelisahan seorang anak yang keluarganya berantakan.

2. Carter

Nama ini juga terdapat dalam lagu Frustasi yang terdapat dalam album Canda Dalam Nada (1979). Yang dimaksud adalah Jimmy Carter mantan presiden Amerika ke-39 (1977-1981). Dalam liriknya Iwan Fals sedang berkhayal menjadi orang tenar seperti Carter juragan kacang. Jimmy Carter memang sempat mengurusi perusahaan kacang milik keluarganya.

3. Kecoak Idi Amin

Nama rekaan ini terdapat dalam lagu Dongeng Sebelum Tidur yang terdapat dalam album Canda Dalam Nada (1979). Nama Idi Amin sendiri adalah nama seorang pemimpin diktator militer di Uganda.

Dalam lagu ini Iwan Fals berkelakar bahwa nama tersebut adalah nama anaknya yang paling tua. Namun si anak yang selanjutnya disebut dengan panggilan si Amin diceritakan adalah orang yang selalu berpenampilan mewah, dan kemewahan itu adalah hasil curian. Sayangnya si Amin kebal kerangkeng (Nah, sekarang ditahun 2008 ini ada kan si Amin yang baru?. Wakil rakyat yang nyambi jadi maling.)

4. Gareng

Masih dalam lagu Dongeng Sebelum Tidur dari album Canda Dalam Ronda (1979), disini Iwan Fals bercerita bahwa anaknya yang bernama Kecoak Idi Amin itu jalannya seperti Gareng.

Gareng adalah salah satu tokoh pewayangan punakawan yang berkaki pincang. Hal ini merupakan sebuah sanepa dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam melangkahkan kaki. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain. Diceritakan bahwa tumit kanannya terkena semacam penyakit bubul.


5. Poppy dan Nancy

Nama rekaan ini ada di lagu Imitasi dari album Canda Dalam Nada (1979). Oleh Iwan Fals nama Poppy dan Nancy disini dikisahkan sebagai wanita bookingan.

6. Totok/Titik, Sunarto/Sunarti, Ahmad/Asye dan Ismet/ Isye
Nama nama rekaan ini ada di lagu Imitasi dari album Canda Dalam Nada (1979). Menurut Iwan Fals, nama Totok, Sunarto, Ahmad dan Ismet adalah nama yang digunakan bila pagi hari, sedangkan Titik, Sunarti, Asye dan Isye adalah nama untuk malam hari. Dengan kata lain nama tokoh tokoh ini adalah seorang waria.

7. Darto

Nama ini terdapat dalam lagu Imitasi dari album Canda Dalam Nada (1979). Nama ini sepertinya yang dimaksud Iwan Fals adalah Darto Helm (alm. Meninggal 14 Agustus 2004). Darto Helm adalah seorang pelawak yang populer di tahun 80-an. Dalam lagu ini diceritakan saat Iwan Fals tercengang melihat waria yang penampilannya persis perempuan tulen dan membuat jidat Iwan Fals mengkerut seperti jidat Darto. Darto Helm dikenal dengan kepalanya yang botak dan jidatnya yang lebar seperti helm.

8. Joni
Nama rekaan yang ada di lagu Joni Kesiangan dari album Canda Dalam Nada (1979) ini dikisahkan oleh Iwan Fals sebagai lelaki hidung belang. Joni lebih menyukai kebun tetangga sebab dia sudah bosan dengan istrinya.

9. Mpok Tati
Nama fiksi ini masih dalam lagu Joni Kesiangan dari album Canda Dalam Nada (1979). Mpok Tati adalah tante-tante selingkuhan Joni yang diceritakan oleh Iwan Fals adalah masih bertetangga dengan Joni.

10. Anton, Jamilah dan Jaitun
Nama nama fiktif ini ada dalam lagu Alasan dari album Perjalanan (1980). Sebenarnya dalam album ini lagu Alasan tidak dinyanyikan Iwan Fals melainkan oleh Totok Gunarto salah satu rekan yang tergabung dengan kelompok Amburadul (kelompok musik dimana Iwan Fals mengawali karirnya). Namun akhir-akhir ini Iwan Fals sering menyanyikan lagu ini dalam konser-konsernya.

Lagu ini berkisah tentang perselingkuhan yang dilakukan dengan berbagai alasan. Nama Anton ada dari kepanjangan kata ARISAN (Aku rindu sama Anton). Sedangkan Jamilah dan Jaitun ada dari kepanjangan kata RAPAT KERJA (Rapat empat mata kerumah Jamilah, Jaitun janda muda).

11. Mince, Sonya, Betty, Mona dan Susy

Nama nama rekaan ini ada pada lagu Imitasi atau ada juga yang menulis dengan judul Wanita Tiruan yang ada di album Perjalanan (1980). Nama nama imajinasi tersebut dikisahkan Iwan Fals sebagai waria yang mangkal ditepi jalan. Dan mereka lari tunggang langgang ketika petugas patroli ketentraman dan ketertiban kota (trantib) datang.

12. Udin, Inah dan Ujang
Nama nama ini terdapat dalam lagu Mak dari album Perjalanan (1980). Dikisahkan oleh Iwan Fals ketiga nama rekaan tersebut adalah anak-anak seorang tukang batu yang menanti ayahnya pulang. Bersama ibunya mereka menanti datangnya sang ayah dan berharap membawa uang untuk kebutuhan mereka.

13. Mang Mamat

Masih dari lagu Mak dalam album Perjalanan (1980). Mang Mamat dikisahkan oleh Iwan Fals adalah mandor tempat kerja ayah ketiga anak yang disebutkan diatas. Disaat keluarga itu menanti datangnya sang ayah, Mang Mamat datang membawa kabar kalau sang bapak mengalami kecelakaan kerja. Si istri bingung bagaimana membayar biaya pengobatan suaminya sedangkan untuk makan ketiga anaknya saja dia kesusahan. Lalu si ibu merelakan tubuhnya untuk diberikan kepada si mandor tanpa sepengetahuan keluarganya, agar segala kebutuhan keluarganya bisa terpenuhi.

14. Hatta

Nama ini menjadi judul lagu Iwan Fals dengan judul Hatta yang ada dalam album Sarjana Muda (1981). Mohammad Hatta adalah proklamator Republik Indonesia yang juga sebagai wakil presiden RI pertama. Dalam lagu ini Iwan Fals mengenang meninggalnya Bung Hatta yang banyak meninggalkan kesan mendalam bagi rakyat Indonesia.

Namanya begitu harum dan dikenang karena kesederhanaan dan kedekatannya dengan rakyat. Hingga Iwan Fals menggambarkan adanya hujan air mata dari pelosok negeri saat melepas beliau pergi untuk selamanya.
15. Umar Bakri

Nama rekaan ini tentu tidak asing ditelinga kita. Terdapat dalam lagu yang berjudul Guru Umar Bakri dari album Sarjana Muda (1981). Nama yang hingga sekarang masih populer ini dikisahkan oleh Iwan Fals sebagai seorang guru sekolah yang lugu dan sederhana dengan masih menggunakan sepeda kumbang sebagai alat transportasi. Seorang pegawai negeri yang mengajar disekolah dimana murid-muridnya hobi tawuran.

Namun pengabdian Umar Bakri di dunia pendidikan selama empat puluh tahun dengan segala jasa yang diberikan dan rintangan yang diterima tidak dihargai oleh pemerintah. Dikabarkan oleh Iwan Fals bahwa gaji yang sudah pasti kecil bagi seorang guru pegawai negeri seperti Umar Bakri masih saja dipotong oleh negara.

Terlepas dari kisah ini, nama pak guru Umar juga disebutkan dalam lagu Cantik Munafikdari album Lancar (1987). Lagu yang berkisah tentang perempuan usia sekolah yang melacurkan diri.

16. Habibie

Masih dalam lagu Umar Bakri dari album Sarjana Muda (1981). BJ Habibie saat itu menjadi Menteri Riset dan Teknologi Indonesia. Habibie dikenal sebagai tokoh yang jenius dan memberi pengaruh besar bagi rakyat Indonesia terutama dalam bidang teknologi. Dan pada akhirnya dia menjadi Presiden ke 3 RI setelah rezim Soeharto tumbang.

Dalam lagu ini, Iwan Fals mengisahkan bahwa seorang guru seperti Umar Bakri bisa otak orang seperti otak Habibie, alias pandai. Namun jasa-jasa Umar Bakri tidak dihargai oleh negara.

17. Galang Rambu Anarki

Nama Galang Rambu Anarki (alm) adalah nama putra pertama Iwan Fals yang dijadikan judul lagu dalam album Opini (1982). Lagu ini berkisah harapan seorang Iwan Fals pada kelahiran anak pertamanya (1 Januari 1982) ditengah kerasnya kondisi hidup saat itu saat BBM naik dan menjelang Pemilu. Galang meninggal dunia 25 April 1997 di rumah Iwan Fals saat masih di Bintaro dan dimakamkan di Leuwinanggung (sekarang adalah kediaman tetap Iwan Fals).

Kematian Galang membuat Iwan Fals berubah total. Iwan yang dulunya kita kenal sebagai musisi garang dan terkesan liar baik penampilan maupun lirik-liriknya, kini nampak lebih lembut, dewasa dan bersahaja. Peristiwa ini benar-benar merubah kehidupan seorang Iwan Fals dan secara tidak langsung juga mempengaruhi penggemarnya.

18. Tarmijah

Dalam lagu Tarmijah dan Problemnya dari album Opini (1982), Iwan Fals mengisahkan suka duka seorang pembantu rumah tangga yang diberi nama Tarmijah. Tarmijah kerap diperas tenaganya dan tidak dihargai sebagai manusia. Hingga diakhir lagu Iwan Fals menggambarkan kekerasan fisik yang dilakukan majikan kepada Tarmijah.

Dan sampai saat ini masih banyak Tarmijah-Tarmijah disekitar kita, hanya saja kita tidak tahu atau tidak mau tahu.

19. Sugali

Nama tokoh fiksi ini terdapat dalam album dengan judul yang sama yaitu Sugali (1984). Disini Iwan Fals menggambarkan tokoh Sugali sebagai seorang kriminal pemberani buronan polisi yang tidak takut dengan letusan senapan dan hidup dilingkungan liar seperti di lokalisasi pelacuran sebagai tempat pelariannya.

Pada masa itu, di era 80-an kita mengenal istilah Petrus (penembak misterius) yang banyak memburu buronan dan menembaknya begitu saja tanpa peringatan, walaupun sering terjadi salah sasaran dan tidak ada penjelasan hingga sekarang. Lagu Sugali hadir pada masa itu.

Nama Sugali berasal dari kata Gali, yang diartikan sebagai orang yang hidupnya liar dijalanan dan melawan hukum. Kata Gali sendiri ada yang mengartikan sebagai Gerombolan Anak Liar.

20. Tuan Polan

Nama fiktif ini disebutkan dua kali oleh Iwan Fals yaitu pada lagu Jangan Bicara dari album Barang Antik (1984) dan pada lagu Lancar dari album Lancar (1987). Nama Tuan Polan sama penggambarannya. Disini Iwan Fals mengisahkan Tuan Polan sebagai orang kaya raya yang tidak peduli pada nasib orang miskin dan kerjanya hanya menumpuk harta dengan segala cara.
(Masih adakah tuan Polan disekitar kita?)

21. Urip dan Icih
Dua nama rekaan ini terdapat dalam lagu Jangan Bicara dari album Barang Antik (1984). Urip dan Icih dikisahkan oleh Iwan Fals sebagai pegawai rendahan yang hidupnya tergantung apa kata pimpinan. Si Urip digambarkan sedang meratap di teras marmer direktur murtad. Sedangkan si Icih sedih diranjang empuk waktu majikannya menindih.

(Kalau si Urip, jaksa korup yang sekarang ditahan jelas beda dengan Urip diatas kan?. Urip yang sekarang maling)

22. Tante Lisa

Nama fiktif ini dikisahkan dalam lagu berjudul Tante Lisa dari album Barang Antik (1984). Tante Lisa dikisahkan sebagai seorang janda muda yang cantik dan menarik. Kerjaannya mengejar laki-laki kaya setelah diceraikan suaminya akibat terpergok selingkuh dengan tetangganya. Lagu karya Dama yang dinyanyikan Iwan Fals dengan irama country ini memberi pesan moral kepada orang seperti tante Lisa agar menyadari bahwa kehidupan terus berjalan, dan usia pasti bertambah. Kecantikan hanya sementara dan tidak akan abadi.

23. Budi

Nama ini ada dalam lagu Sore Tugu Pancoran dari album dengan judul yang sama (1985). Iwan Fals menggambarkan tokoh fiktif yang dipanggil dengan sebutan Si Budi Kecil ini sebagai penjual koran di persimpangan jalan Tugu Pancoran – Jakarta. Si Budi kecil menjual koran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan dia masih bersekolah. Dan pekerjaan ini menyita waktunya untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah. Hingga di akhir lirik Iwan Fals bertanya sanggupkah si Budi diam di dua sisi.

Sampai saat ini masih banyak kita jumpai Budi-Budi kecil di persimpangan jalan kota-kota diseluruh pelosok negeri ini. Kemana pemerintah? Sibuk dengan politik dan uang hingga melupakan nasib generasi penerus bangsa.

24. Tince Sukarti binti Mahmud

Nama tokoh ini ada dalam lagu dengan judul yang sama dari album Sore Tugu Pancoran (1985). Tince Sukarti adalah tokoh khayalan Iwan Fals yang dikisahkan berwajah cantik sebab campuran dari ayah Arab dan ibu Cina. Tince adalah kembang desa yang bermimpi menjadi tenar sebagai penyanyi di kota.

Dengan modal bisa bernyanyi dan bujuk rayu seseorang yang digambarkan Iwan Fals sebagai makelar penyanyi, Tince berangkat mengadu nasib di kota dengan janji akan diorbitkan walau tanpa restu kedua orang tuanya. Namun rupanya neng Karti ditipu oleh makelar penyanyi tersebut. Akhirnya kembang desa dalam imajinasi Iwan Fals itu layu tak lagi wangi seperti dulu.

25. Willy

Nama ini menjadi judul lagu Iwan Fals dalam album Ethiopia (1986). Willyadalah nama panggilan untuk penyair terkenal Indonesia Willibrordus Surendra Broto Rendra yang lebih kita kenal dengan WS. Rendra. Dalam lagu ini Iwan Fals seperti kehilangan figur seorang Rendra. Ia bertanya dimanakah gerangan dirinya yang dulu, dimana lantang suaranya.

Si anjing liar dari Jogjakarta, begitu julukan yang diberikan untuk WS. Rendra yang terkenal dengan puisi-puisinya yang keras mengkritisi keadaan sosial dan politik Indonesia. Pada masa itu, Rendra sedang menyendiri entah dimana sebab dikabarkan dia mendapat ancaman dari pemerintah untuk menghentikan membuat karya puisi yang menyindir pemerintah saat itu. Rendra adalah sahabat Iwan Fals, wajar bila Iwan merasa kehilangan seorang yang sejalan pemikiran dengannya walau lewat media yang berbeda.

Pada sebuah kesempatan konser tunggal yang ditayangkan live di TV tahun 2004, Iwan Fals menyanyikan lagu ini. Ditengah lagu, mata Iwan Fals berkaca-kaca dan seperti meneteskan air mata. Iwan sempat tidak bersuara untuk beberapa saat meski musik terus mengalun. Tentu ada kenangan yang mendalam untuk Iwan Fals tentang lagu ini dan figur penyair Rendra yang dikisahkan.

26. Gali Gongli

Tokoh fiksi Gali Gongli ada dalam lagu dengan judul yang sama dari album Aku Sayang Kamu (1986). Gali Gongli dikisahkan sebagai lelaki berandalan usia belasan yang hobinya berjudi dan mabuk-mabukan. Dia hidup di lokalisasi pelacuran. Ibunya seorang pelacur dan bapaknya entah dimana dan entah siapa.

27. Guru Zirah

Ini adalah nama rekaan Iwan Fals yang dijadikan judul lagu dalam album Wakil Rakyat (1987). Guru Zirah digambarkan sebagai guru muda yang cantik dan seorang murid menaruh hati padanya.

Dalam lagu yang kocak ini Iwan Fals masih menyelipkan kalimat-kalimat kritis, seperti dia menggambarkan andai Zirah menjadi pacarnya maka dia akan mengajak ke tempat yang murah meriah seperti ke kebun binatang untuk pacaran. Sebab dia tahu kalau gaji seorang guru hanya cukup untuk beli tahu.

28. Kho Ping Hoo

Nama tokoh ini terdapat dalam lagu Teman Kawanku Punya Teman dari album Wakil Rakyat (1987). Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo adalah pembuat serial komik silat dari Indonesia yang sangat terkenal pada tahun 80-an. Hingga sekarang serial komik Kho Ping Hoo masih dicetak, dijual dan dikoleksi.

Dalam lagu ini Iwan Fals bercerita tentang mahasiswa yang berlagak sok pintar. Namun dalam kesehariannya lebih asik membaca buku komik Kho Ping Hoo. Dan kenyataannya di akhir kuliah dia lulus dengan skripsi yang dibeli, bukan dari buah pikirannya sendiri.
(Saat inipun masih banyak sarjana model begini, termasuk pejabatnya banyak yang dapet gelar dari membeli ijazah saja)

29. Durno dan Bimo

Kedua tokoh ini terdapat dalam lagu Nak yang ada di album 1910 (1988). Tokoh tokoh ini ada dalam dunia perwayangan. Durno / Druna adalah guru yang pandai mengembangkan seni pertempuran. Dalam perwayangan Jawa, Drona berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam berperang.

Sedangkan Bimo memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap semua orang sama derajatnya.

Dalam lagu ini Iwan Fals seperti mengolok-olok secara kritis pada generasi muda agar menjadi orang yang berguna.
29. Durno dan Bimo

Kedua tokoh ini terdapat dalam lagu Nak yang ada di album 1910 (1988). Tokoh tokoh ini ada dalam dunia perwayangan. Durno / Druna adalah guru yang pandai mengembangkan seni pertempuran. Dalam perwayangan Jawa, Drona berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam berperang.

Sedangkan Bimo memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap semua orang sama derajatnya.

Dalam lagu ini Iwan Fals seperti mengolok-olok secara kritis pada generasi muda agar menjadi orang yang berguna.

30. Westerling

Nama tokoh ini ada di lagu Pesawat Tempur dalam album 1910 (1988). Raymond Pierre Paul Westerling (Istanbul, Turki, 31 Agustus 1919–Purmerend, Belanda, 26 November 1987) adalah komandan pasukan Belanda yang terkenal karena memimpin Pembantaian Westerling (1946-1947) di Sulawesi Selatan dan percobaan kudeta APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) di Bandung, Jawa Barat.

Dalam lagu ini nama Westerling hanya numpang lewat ketika Iwan Fals mencibir pasangannya yang hanya tersenyum dan dikatakan kalau hanya senyum, Westerling juga bisa.

31. Bento

Tokoh rekaan ini tentu sudah tidak asing ditelinga kita. Nama Bento ada pada lagu dengan judul yang sama dari album Swami (1989). Bento disini dikisahkan sebagai seorang yang tampan, berkuasa dan kaya raya.

Namun Bento ternyata licik, dia memanfaatkan kekuasaannya untuk menumpuk kekayaan, menipu dan menerima upeti. Dalam kesehariannya Bento menutupi keburukannya dengan selalu bicara soal moral dan keadilan.

Hingga saat ini kita masih sering menyaksikan Bento-Bento kesiangan yang berkoar di seluruh media.

32. Ronggowarsito

Nama ini terdapat dalam lagu Condet dari album Swami (1989). Raden Ngabehi Ronggowarsito (lahir: Surakarta, 1802 – wafat: Surakarta, 1873) adalah pujangga besar budaya Jawa yang hidup di Kasunanan Surakarta. Ia dianggap sebagai pujangga terakhir tanah Jawa.

Dalam lagu ini Iwan Fals menceritakan ketimpangan dalam hidup dahulu dan sekarang. Dahulu segalanya indah dan damai, sekarang seperti semuanya kacau dan tidak tertata. Kemajuan teknologi yang tidak terkendali memberi dampak negatif untuk kehidupan seperti penipisan lapisan ozon.

Nama Ronggowarsito diibaratkan sebagai kondisi masa lalu. Kemudian dibandingkan dengan sekarang dimana orang lebih mengagumi jeritan dan gemuruh dari grup band Rolling Stones.

33. Paman Doblang

Nama rekaan ini menjadi judul lagu yang ada dalam album Kantata Takwa (1990). Paman Doblang dikisahkan sebagai seorang yang tidak mendapatkan keadilan. Dia menerima fitnah lalu dituduh salah dan dipenjara begitu saja tanpa pengadilan oleh penguasa. Lalu paman Doblang hanya bisa pasrah dan berdoa.

34. Cikal

Cikal adalah nama putri kedua Iwan Fals (Anissa Cikal Rambu Basae). Nama ini menjadi judul lagu yang terdapat dalam album Cikal (1991). Lagu ini memuat lirik yang sangat sulit dimengerti. Tidak banyak yang bisa diceritakan dari lirik dalam lagu ini yang tidak satupun menyebut kata Cikal. Pemahaman tentang lirik lagu ini tentu berbeda.

Pesan moral yang terdapat dalam lirik lagu ini begitu indah untuk diresapi bagi kita manusia yang mau berpikir pada kenyataan bahwa kita lahir dengan kesucian. Pengaruh lingkungan akan membawa kita kepada jalan apa saja yang dipilih. Mendidik seorang anak sangat penting, agar kelak dia dapat membuat kita bangga.

Sepenggal penjelasan itu bisa menggambarkan kejeniusan Iwan Fals dalam menulis lirik lagu.

35. Yani

Dalam lagu Untuk Yani di album Cikal (1991), nama ini hanya terdapat dalam judulnya saja. Tidak banyak yang mengenal tokoh ini. Sebuah informasi mengatakan bahwa Yani bernama Arahmaiani, seorang aktifis peduli lingkungan hidup. Dia juga seorang senirupa instalasi art ITB.

36. Bram

Dalam lagu Untuk Bram di album Cikal (1991), seperti lagu Untuk Yani, nama Bram hanya menjadi judul. Iwan Fals dalam sebuah konsernya sebelum menyanyikan lagu ini menyinggung kalau nama Bram adalah panggilan akrab Mahesa Ibrahim, musisi yang ikut terlibat dalam album ini.

37. Ramang, Kadir, Rully, Ricky, Ronny, Herry, Nobon, Juki, Cipto, Iswadi, Yudo dan Paslah
Nama-nama diatas adalah legenda sepakbola Indonesia yang dikutip dalam lagu Mereka Ada Di Jalan dari album Belum Ada Judul (1992). Iwan Fals berkisah tentang olahraga sepakbola yang semakin tersisihkan di kota-kota besar. Sarana untuk bermain bola tergusur oleh pembangunan. Tanah lapang menjadi rebutan untuk didirikan gedung. Sehingga anak-anak kecil di perkotaan kesulitan mendapatkan sarana untuk berolahraga. Sebuah lagu yang tajam mengkritisi tentang ketidakseimbangan pembangunan yang melupakan sarana bermain hanya demi keuntungan belaka. Kesenjangan hidup di kota besar juga digambarkan dengan kalimat, "Anak kota tak mampu beli sepatu".

Iwan Fals bercerita tentang anak-anak kecil yang bermain bola di lapangan yang terbentuk bekas penggusuran. Anak-anak kecil itu begitu bersemangat bermain bola hingga Iwan Fals mengandaikan mereka seperti tokoh legenda sepakbola Indonesia masa lalu yang mampu mengharumkan nama bangsa.

Ramang (karir 1952-1962) (meninggal di Makassar, 26 September 1987) adalah pemain sepak bola Indonesia dari PSM Makassar yang terkenal pada tahun 1950-an. Ia berposisi sebagai penyerang. Dia pernah mengantarkan PSM ke tangga juara pada era Perserikatan serta pernah memperkuat tim nasional sepak bola Indonesia. Era emas pertama diukir oleh Ramang Cs dengan prestasi yang masih dikenang yaitu menahan imbang raksasa Uni Soviet 0-0 di Olimpiade Melbourne 1956.

Abdul Kadir (karir 1968-1975) (lahir: Denpasar, Bali 27 Desember 1949 - meninggal: Jakarta, 4 April 2003) adalah pemain sepak bola legendaris Indonesia. Dia populer dengan julukan si Kancil. Dia pernah mengikuti berbagai pertandingan internasional seperti Merdeka Games tahun 1969, King Cup tahun 1968 dan Piala Aga Khan di Pakistan.

Rully Rudolf Nere (karir 1977-1989) (Papua, 13 Mei 1957) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia dengan posisi gelandang. Ia pernah memperkuat timnas nasional beberapa kali pada periode tahun 1980-an. Dalam kompetisi liga, ia memperkuat Persipura Jayapura.

Ricky Yacob (karir 1982-1993) (lahir: Medan, Sumatera Utara, 12 Maret 1963) adalah seorang pemain sepakbola legendaris Indonesia dengan posisi penyerang. Masa keemasannya terjadi pada paruh kedua dekade 1980-an. Karir sepakbolanya banyak dihabiskan bersama klub Arseto Solo.

Ronny Pattinasarani (alm) (karir 1970-1982) (Makassar, Sulawesi Selatan, 9 Februari 1949) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia yang berposisi sebagai libero. Dia mendapat banyak berprestasi dimasa keemasannya yaitu, Pemain Asia All Star (1982), Olahragawan Terbaik Nasional (1976 dan 1981), Pemain Terbaik Galatama (1979 dan 1980), Medali Perak SEA Games (1979 dan 1981).

Herry Kiswanto (karir 1985-1993) (Kuta Alam, Banda Aceh, 25 April 1955) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia. Posisinya di lapangan sebagai libero. Dalam karirnya ia hanya pernah mendapat sekali kartu kuning yaitu ketika membela Krama Yudha Tiga Berlian melawan Pelita Jaya di era Galatama.

Nobon Kayamudin (karir 1971-1979) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia. Dia berposisi sebagai gelandang. Dia juga mendapat julukan Biang Kerok.

Marzuki Nya Mad adalah pemain sepakbola legendaris Indonesia. Dia pernah bermain bagus pada Asian Games 1986. Marzuki Nyak Mad cs (Niac Mitra) juga pernah menahan PSV dengan Eric Gerets dan Ruud Gullit-nya 3-3 di Senayan dalam sebuah pertandingan persahabatan di era 80-an.

Sutjipto Soentoro (alm) adalah pemain sepak bola legendaris Indonesia pada masa 60-an sampai 70-an. Dia menempati posisi sebagai penyerang. Dia juga mendapat julukan si Gareng. Bersama dengan Iswadi Idris, Abdul Kadir, dan Jacob Sihasale, dikenal dengan sebutan "kuartet tercepat di Asia" berkat kecepatan dan kelincahan mereka yang luar biasa.

Iswadi Idris (karir 1968-1980) (Banda Aceh, 18 Maret 1948 – meninggal: Jakarta, 11 Juli 2008) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia. Pemain yang dijuluki "Boncel" karena tubuhnya relatif pendek (tinggi 165 cm) ini termasuk pemain paling berbakat yang dimiliki Indonesia. Ia memperkuat timnas PSSI sebagai pemain gelandang pada era 1960-an dan 1970-an. Selama menjadi pemain, Bang Is, demikian ia akrab disapa, sangat menggemari nomor punggung 13.

Yudo Hadianto (karir 1961-1974) (Solo, Jawa Tengah, 19 September 1941) adalah salah satu kiper sepak bola legendaris Indonesia era 1960-an dan 1970-an. Pada masanya ia sempat diakui sebagi kiper terbaik Asia.

Ronny Pasla (Medan, 15 April 1947) adalah mantan kiper Indonesia yang berkiprah sekitar tahun 1960’an – awal 1970. Pensiun dari dunia sepak bola di usia 40 tahun. Klub terakhir yang diperkuatnya adalah Indonesia Muda (IM), Jakarta pada 1985. Di Timnas, Ronny pensiun di usia 38 tahun. Saat Timnas Brazil melakoni tur ke Asia pada 1972, Brazil saat itu diperkuat pesepakbola legendaris dunia, Pele, singgah ke Indonesia. Dalam laga tersebut Indonesia kalah 1-2, tapi tetap menjadi momen terindah bagi Ronny, karena berhasil menahan eksekusi penalti Pele.

38. Dalbo

Nama Dalbo menjadi judul lagu dalam album Dalbo (1993). Dalbo sendiri berarti anak genderuwo. Dikisahkan dalam lagu ini Dalbo adalah seorang yang tidak mengenal siapa kedua orang tuanya. Dia hidup sebatang kara tanpa ada yang peduli. Namun dia tidak mau dikatakan sebagai anak haram. Dia lebih suka disebut anak alam.

39. Yos

Nama Yos disebutkan dalam lagu Menunggu Ditimbang Malah Muntah dari album Orang Gila (1994). Yos adalah nama panggilan untuk istri Iwan Fals yang bernama Rossana. Dalam lagu ini Iwan Fals berkisah tentang kesehariannya di rumah.

Dalam kehidupan nyatanya dia gelisah membaca berita surat kabar yang penuh dengan kabar tidak menggembirakan tentang situasi negara ini. Ditengah sendirinya membaca media cetak di kamar mandi sambil buang hajat, Iwan Fals mendengar kedua anaknya (waktu itu, Galang baru datang dari sekolah dan Cikal yang asik bermain sendiri). Setelah itu dia keluar dan melihat kedua anaknya tertidur begitu juga dengan Yos.

40. Udin

Fuad Muhammad Syafruddin yang akrab dipanggil Udin adalah wartawan Harian Bernas, Yogyakarta, yang dianiaya oleh orang tidak dikenal, dan kemudian meninggal dunia. Sebelum kejadian ini, Udin kerap menulis artikel kritis tentang kebijakan pemerintah Orde Baru dan militer. Udin lahir di Bantul pada 18 Februari 1964. Ia menjadi wartawan di Harian Bernas sejak 1986.
Selasa malam, pukul 23.30 WIB, 13 Agustus 1996, ia dianiaya pria tak dikenal di depan rumah kontrakannya, di dusun Gelangan Samalo, Jalan Parangtritis Km 13 Yogyakarta. Udin yang sejak malam penganiayaan itu, terus berada dalam keadaannya koma dan dirawat di RS Bethesda, Yogyakarta. Esok paginya, Udin menjalani operasi otak di rumah sakit tersebut. Namun, dikarenakan parahnya sakit yang diderita akibat pukulan batang besi di bagian kepala itu, akhirnya Udin meninggal dunia pada Jumat, 16 Agustus 1996, pukul 16.50 WIB.

Lagu Buat Penyaksi (Lagu Untuk Udin) berada pada album Kantata Samsara (1998). Perlu untuk diketahui bahwa kasus ini sampai sekarang tidak jelas dimana letak keadilannya. Sebuah kebenaran harus tetap disuarakan walaupun itu pahit.

41. Munir

Tokoh pejuang HAM Indonesia Munir Said Thalib yang tewas dibunuh pada 2004 dengan konspirasi tingkat tinggi menggugah Iwan Fals untuk membuat lagu. Lagu Pulanglah yang terdapat dalam album 50:50 (2007) dipersembahkan untuk perjuangan Munir.

Hingga saat ini pembunuh Munir dan dalangnya tidak jelas kita ketahui, dan sampai tulisan ini diterbitkan, proses pengadilan masih berjalan. Beberapa pejabat yang berwenang seperti lepas tangan dan saling bungkam juga saling melindungi. Beberapa orang yang telah ditangkap dan diadili terkesan hanya sebagai tumbal. Entah apa motif dibalik pembunuhan ini yang melibatkan kepentingan tertentu.

Tapi jangan lupa, sepandai-pandainya menyembunyikan bangkai, suatu saat baunya pasti tercium.

42. Gandhi

Dalam lagu Rubah dari album 50:50 (2007), Iwan Fals mengkritisi situasi saat ini dimana perubahan kehidupan sosial semakin jelas dirasa. Nama Mahatma Gandhi seorang tokoh dari India disebut disini. Mohandas Karamchand Gandhi (2 Oktober 1869—30 Januari 1948) adalah seorang pemimpin spiritual dan politikus dari India.

Pada masa kehidupan Gandhi, banyak negara yang merupakan koloni Britania Raya. Penduduk di koloni-koloni tersebut mendambakan kemerdekaan agar dapat memerintah negaranya sendiri.

Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India. Dia adalah aktivis yang tidak menggunakan kekerasan, yang mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai.

Iwan Fals mengungkapkan bahwa banyak orang mencari figur seperti Gandhi, namun yang didapat adalah komedi. Yang dimaksud komedi adalah tokoh-tokoh yang suka memutar balikkan fakta dan bicara tidak sesuai dengan kenyataan alias tukang tipu, sehingga kita sering tertawa sendiri menyaksikan kekonyolan itu.

43. Azahari

Masih dalam lagu Rubah dari album 50:50 (2007), tokoh Doktor Azahari disebutkan oleh Iwan Fals. Azahari adalah tokoh yang dituduh merancang beberapa kasus pengeboman di Indonesia. Dan dia dikabarkan tewas dalam sebuah penggerebekan oleh polisi di tahun 2005.

Dalam liriknya Iwan Fals berkata orang menantikan hadirnya suatu revolusi yang merubah kehidupan sosial disini menjadi lebih baik, namun yang hadir adalah Azahari. Yang dimaksud disini adalah teror bom yang meresahkan.